Minggu, 21 Agustus 2011

ILMU JIWA MENURUT KI HAJAR DEWANTARA


ILMU JIWA

1 Ketertiban, Perintah, dan Paksaan
            Mendidik berarti suatu usaha yang dilakukan secara sengaja untuk memajukan hidup, yaitu budi pekerti dan badan anak melalui pembelajaran, teladan, dan pembiasaan yang tidak disertai dengan perintah dan paksaan.  Sehubungan dengan itu, Dr. Maria Montessori mengusulkan faham pendidikan merdeka, yaitu pendidikan yang menolak perkataan perintah dan paksaan. Perintah mengandung arti semua perintah dari guru untuk melakukan kebaikan. Paksaan mengandung arti segala aturan yang dapat mencegah kejahatan, termasuk hukuman dan ganjaran. Dalam hal ini, perkataan perintah ditolak sebab  jangan sampai anak hanya biasa belajar untuk melakukan perintah, bukan merasa berkewajiban. Ganjaran dan hukuman ditolak sebab menjaga jangan sampai anak hanya biasa belajar kalau mendapat ganjaran dan hukuman.
            Maksud faham pendidikan merdeka seperti di atas dirasa ganjil. Pendidikan seharusnya mementingkan tertib dan damai, tata lan tentrem, laras dan wirama, merdeka dan berdiri sendiri, mandiri dan mribadi. Oleh sebab itu, perkataan merdeka seharusnya diartikan dengan (a) tidak hidup diperintah, (b) berdiri tegak karena kekuatan sendiri, dan (c) cakap mengatur hidupnya dengan tertib.
Sejalan dengan itu, hukuman dalam pendidikan merupakan suatu syarat untuk mengertikan anak bahwa segala perbuatan akan  berakibat sendiri-sendiri. Syaratnya adalah (a) hukuman harus selaras dengan kesalahannya, (b) hukuman harus dilakukan dengan adil, dan (c) hukuman harus lekas dijatuhkan.  Dalam hubungannya dengan pendidikan merdeka, syaratnya adalah (a) ganjaran dan hukuman itu harus datang sendiri sebagai hasil dari perbuatan dan keadaan, (b) si pendidik hanya boleh membantu kodrat-irodatnya “keadilan”, (c) membantu keadilan, (d) anak-anak yang salah harus mengerti kesalahannya, (e) anak-anak lainnya harus dididik membenci kejahatan, (f) anak-anak harus dimengertikan faham kemerdekaan, (g) anak-anak harus dididik menghormati kemerdekaan orang lain, (h) kalau terdapat anak yang mengganggu keamanan, seketika itu juga harus diurus permasalahannya, (i) pada kesalahan pertama, guru boleh mengampuni dengan maksud agar sikapnya mendidik pada anak, (j) segala hukuman harus selaras dengan keadaannya.
2 Garis idup HH Hidup Berlingkaran
            Garis hidup ini berlingkaran, dimulai dengan permulaan hingga akhir secara berurutan yang sistematis. Demikian juga dalam hal pendidikan dan pengajaran, baik bidang  pengajaran maupun materi pelajaran  dan  organisasinya juga berlingkaran. Misalnya tentang bahasa, dimulai dengan belajar bahasa daerah untuk komuniaksi tingkat keluarga dan lingkungan tinggaal kemudian belajar bahasa Indonesia untuk komunikasi tingkat nasional. Selanjutnya  belajar bahasa bangsa-bangsa  Asia untuk komunikasi tingkat negara tetangga di Benua Asia dan bahasa persatuan manusia-manusia  di seluruh dunia untuk komunikasi tingkat dunia. Dalam pelajaran tambo, kesenian, keadaban umum, adat istiadat, ilmu alam, ilmu bumi dan sebagainya diutamakan yang terdekat dengan anak-anak guna permulaannya kemudian melebar dan meluaskan pelajaran itu berangsur-angsur hingga meliputi alam yang lebih besar dan luas. Dalam bidang organisasi pendidikan terbagi atas Taman Anak, Taman Antara, Taman Muda, Taman Dewasa, dan sebagainya dengan syarat khusus bagi tiap-tiap bagian itu.

3 Watak Ditinjau secara Sintesis dan Analitik
   (1) Watak atau karakter merupakan paduan segala tabiat manusia yang  bersifat tetap, sehingga menjadi tanda yang khusus untuk membedakan orang yang satu dengan yang lain.
   (2) Karakter itu terjadi karena perkembangan dasar yang telah dipengaruhi oleh pembelajaran.
   (3) Dasar karakter yang biologis atau yang telah bersatu dengan kodrat hidup  manusia berhubungan dengan kodrat turunan, daya upaya, dan keadaan di tempat kelilingnya.
   (4)  Di dalam jiwa, karakter adalah imbangan yang tetap antara hidup batin seseorang dengan segala perbuatan lahir; oleh sebab itu, seolah-olah karakter menjadi sendi di dalam hidupnya, lalu mewujudkan sifat yang khusus bagi satu-satunya manusia.
(5) Oleh karena karakter sebagai imbangan tetap antara asas kebatinan dan perbuatan lahir, maka baik dan tidaknya  perangai itu bergantung pada kualitas batin, yakni jiwa atau subjeknya dan barang di luar jiwa, yakni objek.
(6) Kebatinan atau jiwa manusia berwujud gabungan dari angan-angan, rasa, dan kemauan.
(7) Kualitas jiwa manusia, secara analitis maupun sintetis  berhubungan dengan subjek dan objek yang di luar jiwa manusia bergantung pada kualitas pancaindera, yakni alat untuk memasukkan gambar objek dari luar ke dalam jiwa.



4 Tabiat Perusak Lahir dan Perusak Batin  (Vandalisme dan Terrorisme)
Manusia pada umumnya memunyai tabiat yang jahat dan yang baik. Tabiat-tabiat itu sudah ada di batin sejak anak-anak. Pada masa anak-anak, seorang anak belum memunyai kemampuan yang cukup untuk menahan hawa nafsunya, sehingga tabiat-tabiat itu sering terlahir dengan leluasa. Dalam hal ini, dikhawatirkan terlahir watak jahat.
Watak jahat dikelompokkan ke dalam kejahatan yang merugikan diri sendiri dan kejahatan yang merugikan masyarakat. Watak jahat pada umumnya terlihat sebagai watak yang merusak. Watak yang merusak terbagi atas yang merusak barang atau vandalisme dan merusak jiwa atau terrorisme.
Vandalisme dan terrorisme bisa terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa. Misalnya vandalisme dalam mencoret-coret tembok dan merusak rambu-rambu lalu lintas yang dirasa tidak cocok. Misalnya terrorisme oleh seorang anak atau dewasa yang berbuat seenakmenangnya sendiri di dalam masyarakat. Dalam dunia pendidikan, vandalisme dan terrorisme harus diinsyafkan dengan cara tertentu sehingga dapat menimbulkan rasa keadilan dan kedamaian pada masyarakat.
5 Soal Nafsu dan Naluri Keturunan
Segala tabiat manusia bersumber dari dua pangkal, yaitu tabiat memertahankan diri dan tabiat memertahankan keturunan. Kedua tabiat itu juga terlihat di dalam kehidupan tumbuh-tumbuhan dan hewan. Dalam tumbuhan, dua tabiat itu tidak karena kekuatan dari dalam ke arah keluar, tetapi sebaliknya, yaitu kekuatan kodrati dari luar menarik dan memengaruhi kehidupan tumbuh-tumbuhan. Dalam hewan, kedua tabiat itu akibat hidup batin, tetapi belum teratur oleh angan-angan, rasa, dan kemauan yang tertib, masih berwujud nafsu dan naluri. Dalam manusia, kedua tabiat itu terlihat dengan teratur dan jelas oleh geraknya pikiran, rasa, dan  kemauan, yakni dengan insyaf Di dalam kehidupan manusia beradab, kedua tabiat itu disahkan oleh anggapan umum beserta syarat-syarat dalam adat, agama, dan hukum.
Ketiga jenis syarat, yakni adat, agama, dan hukum mengandung maksud bahwa berkumpulnya laki (suami)-istri itu sempurna dalam  adat, bersifat suci dalam agama, dan hak dalam hukum untuk menurunkan.  Dalam  menurunkan itu, semua perempuan diminta kesucian dan laki-laki diminta kekuatannya. Di dalam pendidikan, kedua syarat untuk menuju kesucian perempuan dan kekuatan laki-laki itu (lahir dan batin) harus diutamakan dengan mengingat bibit, bebet, dan bobot. Dengan demikian, dalam pendidikan harus diperhatikan keadaan jiwa anak, pilihan pekerjaan bagi laki-laki dan perempuan, katarsis yang baik, motivasi anak, dan adat istiadat.
6 Kursus Psikologi untuk Kaum Ayah Ibu di dalam Keluarga
(1) Macam-macam Teori tentang Jiwa
            Dalam bahasa Yunani, psikologi berarti jiwa, yang mula-mula berarti napas. Dalam bahasa Belanda, paikologi berarti ilmu yang memelajari segala keadaan jiwa manusia. Dalam  animisme diyakini bahwa jiwa bukan milik manusia semata, melainkan  pohon, batu-batu, keris, gunung, dan lain-lain. Dalam materialisme, jiwa manusia dianggap tidak kekal, sedangkan dalam idealisme dianggap kekal.
Di antara ilmu pengetahuan yang ada, psikologi dianggap ilmu yang paling tua. Di dalamnya terdapat bermacam-macam teori tentang jiwa manusia, yaitu teori yang menganggap bahwa (a) jiwa bersifat halus yang sama rupanya dengan pemiliknya, tetapi tidak bertubuh kasar, dan bersifat sebagai warnanya sinar matahari; (b) jiwa hanya bersifat rasa; (c) teori yang mengganggap bahwa jiwa adalah angan-angan, (d) jiwa adalah kemauan belaka; (e) jiwa adalah kumpulan kekuatan; dan (f) jiwa adalah roh manusia yang bisa meninggalkan tubuh secara sementara (Misanya pada saat orang tidur atau mati yang kemudian dianggap menjelma).
(2) Ilmu Pengetahuan atau Wetenschap
            Kebenaran dalam ilmu pengetahuan bukan bersifat hakiki, melainkan bersifat ilmiah, bahkan cenderung sementara. Ilmu pengetahuan di dalam semua penyelidikannya harus meniadakan adanya jiwa keinginan pribadi penyelidik atau subjektivitas ke dalam hasilnya.
(3) Paikologi Berdasarkan Ilmu Pengetahuan
            Menurut ilmu pengetahuan, hakikat jiwa tidak akan dapat diketahui orang dengan positif. Ilmu pengetahuan tidak boleh menetapkan bahwa sesuatu benar atau salah, sebelum melakukan penyelidikan. Ilmu pengetahuan dibolehkan menetapkan hipotesis, yaitu anggapan sebab teori-teori ilmu pengetahuan tidak hanya berdasarkan penyelidikan yang positif. Anggapan, kepercayaan, keyakinan, dan lain-lain menurut ilmu pengetahuan dinakan spikulatif.
            Menurut ilmu pengetahuan, psikologi tidak memelajari hakikat jiwa, tetapi hanya memberi petunjuk-petunjuk tentang bekerjanya jiwa manusia, yang setiap waktu boleh dibuktikan dan disaksikan. Sejalan dengan itu, psikologi menurut ilmu pengetahuan terdiri atas pasikologi spikulatif atau pasikologi metafisi dan psikolgi positif, yaitu psikologi yang memberikan petunjuk-petunjuk tentang bekerjanya jiwa manusia.
(4) Psikolgi Analitis dan Psikolgi Totalitas
            Psikologi analitis merupakan psikologi yang mengutakan pengajian pada bagian-bagian jiwa. Psikologi analitis beranggapan  bahwa sifat jiwa manusia terdiri atas bagian-bagian jiwa, yaitu kecakapan pancaindera, kecakapan menggabung-gabungkan dan membeda-bedakan atau asosiasi, mengingat, menimbang-nimbang berpikir, menyatakan pendapat dan keputusan, merasa-rasakan, dan berkehendak. Sejalan dengan itu, bagian-bagian  jiwa manusia adalah pikiran, perasaan, dan kemauan. Dalam psikologi analitis, kesuksesan belajar diukur berdasarkan pengetahuan dan kecakapan analitis.
            Psikologi totalitas atau globalitas merupakan psikologi yang mengutamakan pengajian pada utuhnya roh atau jiwa. Psikologi totalitas menetapkan bahwa utuhnya jiwa adalah segala benda atau keadaan. Menurut psikologi totalitas, utuhnya jiwa tidak hanya  tahu atau pandai dalam  bidang tertentu, tetapi juga berisi hidup perasaan dan hidup kemauan. Dengan demikian, kesuksesan belajar diukur berdasarkan totalitas dari perasaan dan kemauan.
(5) Bedanya Jiwa Hewan dan Jiwa Manusia
            Hewan dan menusia berbeda dalam keadaan jiwanya. Hewan hanya memunyai nafsu dan naluri. Manusia memunyai budi, yakni berkumpulnya angan-angan atau pikiran, perasaan, dan kehendak atau kemauan. Manusia juga memunyai nafsu namun beradab.
(6) Insting
            Insting atau naluri adalah kecakapan semua makhluk dalam berperi laku yang bermanfaat untuk hidupnya. Naluri merupakan bawaan dari lahir yang dimiliki oleh makhluk ciptaan Tuhan.
            Pada masa dulu jiwa diartikan dengan perasaan dan kemauan. Pada masa sekarang, jiwa dianggap  memunyai tiga bagian pangkal, yaitu pikiran, perasaan, dan kemauan. Selain itu, jiwa juga diartikan dengan (i) semangat atau jiwa-perasaan, (ii) kumpulan macam-macam kekautan atau kecakapan dalam hidup batin manusia. Menurut psikologi positif, jiwa diartikan dengan (i) kekuatan yang menyebabkan hidupnya manusia, (ii) serta menyebabkan manusia dapat berpikir, berperasaan, dab berkehendak, dan (iii) lagi pula menyebabkan orang mengerti atau insyaf akan segala gerak jiwanya.
9. Kortsluiting, Ansteckung dan Hilangnya penguasaan Diri di Dalam Jiwa Manusia
            Kortsluiting dalam ilmu jiwa berarti hubungan langsung antara pengaruh dan tenaga (dengan menghilangkan penguasaan jiwa) di dalam jiwa manusia. Misalnya, orang yang mengamuk atau membunuh sesama manusia, membunuh anak istrinya dan lain-lain. Ansteckung adalah penarik yang amat keras, hingga orang dengan sendiri terkena sebelum mengerti apa-apa. Misalnya, ada orang tertawa, lalu orang lain ikut tertawa; ada orang menangis lalu orang lain turut menangis dengan sendirinya dan sebagainya
Penguasaan diri diumpamakan dengan penguasa di dalam negeri. Di dalamnya terdapat badan legislatif, pelaksananya, justisinya, dan pusatnya adalah pemerintahnya.
Kumpulan penguasa itu yang mengadakan ketertiban, dan bagi tiap-tiap berbeda-beda.
10 Naluri, Intuisi,  Peri laku, dan Ilmu dalam Hal Pendidikan
             Pendidikan bukan hanya permasalahan yang bersifat pengetahuan dari para pakar, melainkan  permasalahan setiap orang di dalam masyarakat, bahkan pekerjaan yang dilakukan oleh setiap orang, terutama yang berputra. Dalam arti luas, pendidikan adalah berlakunya pengaruh orang dan bukan orang (pengalaman, keadaan, dan lingkungan) terhadap orang lain dengan maksud memberi kemajuan dalam hal apa pun.
            Saat ini pendidikan sudah merupakan ilmu yang berdiri sendiri. Di dalamnya dibahas berbagai hal, yakni pengetahuan pendidikan, kecakapan mendidik (yang sering bersumber dari intuisi maka disebut pula dengan intuisi pendidikan), naluri pendidikan (kecakapan semua makhluk yang terdapat dari kodratnya sendiri).
            Tiap orang dapat melakukan pendidikan. Meskipun demikian, tidak berarti pendidikan dapat dilakukan hanya bersandar pada naluri dan intuisi yang menekankan pendidikan dalam bentuk praktik menurut kodratnya tanpa memerhatikan teori. Pendidikan harus dilaksakan secara berimbang antara praktik dan teori sebab pendidikan, yaitu segala pemeliharaan lahir dan batin terhadap anak-anak untuk dapat memajukan hidupnya lahir dan batinnya. Dengan demikian,  hasil pendidikan adalah objektif.
11 Dasar dan Ajar
            Dasar diartikan sebagai kodrat, yakni segala sesuatu yang merupakan bawaan sejak lahir. Ajar diartikan sebagai pendidikan.
            Dalam teori tabularasa disebutkan bahwa anak lahir dalam keadaan kosong, seperti kertas putih yang masih bersih. Dalam teori tabularasa, pendidikan atau ajar sangat berpengaruh kepada pengisian jiwa anak. Berbeda dengan teori tabularasa,  teori negatif menyatakan bahwa pendidikan tidak dapat memengaruhi dasar. Sehubungan dengan dua teori itu, ditemukan teori lain yang mengakomodasi teori tabularasa dan teori negatif. Teori itu dinamakan teori konvergensi, yaitu teori yang menyatakan bahwa dasar dan ajar dapat saling memengaruhi.
12 Masuknya Pengaruh-Pengaruh ke Dalam Jiwa Anak
            Dalam ilmu jiwa atau psikologi, perkembangan usia anak dibagi atas tiga masa, yaitu (i) masa kanak-kanak mulai lahir hingga usia 7 tahun, (ii) masa muda (masa sekolah, masa intelektual, waktu pikiran tumbuh): 7-14 tahun, (iii) masa dewasa (waktu akil balik, masa pubertas, masa sosial, karena anak-anak akan masuk ke dalam masyarakat): yaitu usia 14-21 tahun.
            Pada masa anak-kanak mulai lahir sampai usia 3½ tahun pada dasarnya hanya bersifat pemeliharaan keselamatan hidup jasmani (pendidikan rohani sebenarnya sudah ada namun hanya bersifat pembiasaan terhadap  peri laku, tidak dengan pengertian,  malah dengan hukuman). Pada usia  3½ tahun hingga usia 7 tahun dasar kecakapan bawaan tumbuh kuat untuk menjadi tabiat jiwa. Di situlah tumbuh naluri-naluri  yang berpengaruh. Pada usia 7-14 tahun, pikiran anak mengalami pertumbuhan. Pertumbuhannya tidak dengan pembiasaan semata, seperti masa yang kesatu.
13 Trisakti Jiwa
            Ada tiga sifat jiwa pemuda, yaitu sifat bergelora, sifat bertentangan, dan sifat bercita-cita (terhadap keluhuran dan keindahan atau kesucian). Dalam jiwa juga terdapat tiga kekuatan, yaitu pikiran, rasa, dan kemauan.
            Cipta adalah daya berpikir yang bertugas mencari kebenaran sesuatu, dengan jalan membanding-bandingkan, hingga diketahui beda dan samanya. Dalam proses kejiwaan diperlukan adanya pengalaman-pengalaman tentang kebenaran dan kesalahan.
            Rasa adalah segala gerak-gerik hati kita, yang menyebabkan kita mau atau tidak mau, merasa senang atau susah, sedih, atau yang gembira, malu, atau bangga, puas, atau kecewa, berani atau takut, marah atau belas kasihan, benci atau cinta.
14 Disiplin
            Disiplin ialah peraturan tata tertibyang dilakukan dengan tegas dan keras. Disiplin menghendaki dilaksanakannya segala peraturan dengan teliti dan murni, sampai dalam hal-hal yang kecil-kecil, tidak boleh menyimpang. Syarat disiplin adalah keharusan dan kewajiban tiap-tiap anggauta sesuatu kesatuan, untuk takluk sepenuhnya kepada segala perintah dari pemimpinnya.
            Disiplin tidak bertentangan dengan kemerdekaan jiwa manusia sebab (i) disiplin biasanya diperlukan untuk usaha perjuangan pada umumnya, baik perjuangan ketentaraan dan kepolisian sebagai alat-alat kekuasaan dan kedaulatan negara maupun perjuangan politik; (ii) pendidikan budi pekerti juga mengajarkan keharusan manusia yang cerdas dan berbudi, dan untuk dapat memerintah diri sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar